Pasca Reformasi, arogansi dari mahasiswa semakin terasa, peranan mahasiswa yang ketika itu menjadi garda terdepan ternyata menjadikan kita semua lupa diri atas apa yang menjadi harapan dan landasan sebagai seorang mahasiswa atau biasa disebut sebagai kaum intelektual (walaupun masih dipertanyakan apa yang dimaksud dengan intelektual tersebut).
Secara kondisi riil yang ada di mahasiswa disini ternyata tidak berjalan sebagaimana fungsinya tersebut, sehingga perlulah dipertanyakan, apakah kita pantas disebut sebagai kaum intelektual? ,Dalam berbagai hal,patut dibanggakan dari pada Universitas-Universitas yang lain, itu disebabkan keberanian para mahasiswanya dalam melakukan aktualisasi diri dalam kegiatan-kegiatan internal kampus, hal ini saya paparkan setelah melihat bagaimana kondisi organisasi internal di kampus-kampus yang lain. Namun yang terkadang menjadi pertanyaan terbesar adalah, sebuah konsep yang matang terkadang tidak tercerminkan dalam kegiatan-kegiatan tersebut,
Hal ini dapatlah dimaklumi, dikarenakan para mahasiswa yang berada di disini dan kemudian menjadi seorang aktifis terkadang melupakan basis keilmuan yang dimilikinya, mereka asyik dengan berbagai akifitas dalam sebuah organisasi tanpa turut meningkatkan keintelektualannya dalam basis keilmuan..Bolos kuliah dengan alasan ada kegiatan di luar akademik merupakan hal yang sangat biasa. Tapi, para aktifis tersebut jarang yang mencoba mencari tahu apa saja yang telah dipaparkan oleh dosen dan mencoba mencari ilmunya dengan berdiskusi dan membaca, bahkan yang lebih lucunya lagi ketika para aktifis tersebut tidak dapat membuat makalah yang berdasarkan pemikirannya sendiri tanpa mencontek atau copy paste dari orang lain. Apa yang perlu dibanggakan dari seorang aktifis ketika dia ditanya tentang keilmuannya hanya bisa mengandalkan public speaking tanpa landasan yang kuat.